Pages

Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Friday, November 20, 2020

BISNIS OTOMOTIF MASA PANDEMI: MOBIL BEKAS (SECOND) : SANGAT MENJANJIKAN, MOBIL BARU "NYUNGSEP"

 Oleh : Ahmad Mahardika 

Bandung, Informatika Newsline (20/11/2020)

Pandemi Covid 19 berdampak sangat parah pada bisnis otomotif dalam negeri. Data dari Asean Automotive Federation (AAF), yang disampaikan pada pekan lalu (9/11/2020), menyebutkan bahwa total penjualan mobil di Indonesia sampai dengan September 2020 tercatat hanya mencapai 372.046 unit. Jumlah ini menunjukkan penurunan sebesar 50,7 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kehancuran bisnis otomotif dalam negeri ini menurut AAF adalah yang paling parah di ASEAN. 

Data yang sama dilansir oleh  Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Gaikindo menurunkan prediksi penjualan mobil pada 2020 lebih dari 50 persen. Berdasarkan grafik penjualan mobil dalam 11 tahun sejak 2009, Gaikindo merevisi perkiraan retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) menjadi hanya 600.000 unit. Jumlah ini turun drastis dari target tanpa pandemi Covid-19 sebesar 1.050.000 unit. 


Akan tetapi data terakhir November ini, membuat Gaikindo menggeser kembali terget penjualan nya hanya di kisaran 500 ribu unit saja (525.000 unit target (18/11/2020). Revisi target ini disebabkan sampai akhir Oktober baru 421.000 unit mobil terjual. 



MOBIL BEKAS (SECOND) NAIK DAUN 

Kehancuran pasar mobil baru di Indonesia ini mengguncang pasar otomotif ASEAN. Karena di ASEAN pasar otomotif mobil Indonesia adalah pasar terbesar. Lebih dari 500 ribu pembeli potensial yang sebelumnya ditarget oleh Gaikindo menggagalkan transaksi atau rencana pembelian mobil baru.


Skema harga, dukungan lembaga pembiayaan, dan penolakan pemerintah untuk memberikan insentif pada industri otomotif menjadi beberapa faktor yang menggagalkan 500 ribu konsumen tersebut. Tentu faktor utamanya adalah Pandemi Covid-19. 


Akan tetapi kabar baik justru muncul dari pasar mobil second. Beberapa pengamat dan praktisi jual beli mobil bekas yang dihubungi oleh Informatika Newsline menyatakan bahwa penjualan mobil bekas terlihat menjanjikan pada tri wulan akhir 2020 ini.


Secara umum volume penjualan mobil bekas memang masih turun hingga 90 persen. Akan tetapi berbagai indikator menunjukkan penguatan pasar mobil bekas ini bahkan secara global.


Economic Times, menyampaikan data tren kenaikan pasar mobil bekas ini selama Pandemi Covid-19. Pasar raksasa Amerika Serikat, dan India menunjukkan pelipatan penjualan yang luar biasa. Demikian juga di Ingris. Mobil bekas mencatatkan penjualan 1,5 kali lebih besar dibanding mobil baru di India, 2,8 kali di Amerika Serikat, dan 3,4 kali lipat di Inggris Raya. 


Data penting ini menjadi kabar baik bagi bisnis otomotif mobil bekas di tanah air. Paling tidak selama Covid-19 trend konsumen mobil baru masih belum menunjukkan statistik positif. 


Data ini sebenarnya sangat menjanjikan bagi inovasi baru dalam penjualan mobil di tanah air. Ada sebanyak 500 ribu lebih calon konsumen yang seharusnya menjadi target bagi Asosiasi Penjualan Otomotif, akan tetapi gagal diraih. Artinya model dan skema penjualan "bussiness as usual" yang biasa dilakukan selama Pandemi Covid-19 ini telah gagal dilakukan. 


Kesempatan terbuka lebar untuk innovator baru dalam proses jual beli mobil, baik mobil baru ataupun mobil bekas. Data ambruknya penjualan mobil di tanah air ini menunjukkan bahwa industri dan bisnis mobil konvensional gagal menghadapi perubahan konsumen dalam menghadapi Covid-19. 


Data dari pusat perakitan mobil Ambulans di Bekasi, Jawa Barat, misalnya menunjukkan data sebaliknya. Bahkan selama masa Pandemi Covid-19 penjualan dan perakitan mobil ambulans naik 100 %. 


Data dari di Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (25/9/2020) menunjukkan bahwa perakitan dan penjualan mobil ambulans meningkat 100 persen menjadi 700 unit dengan kisaran harga Rp 20 juta hingga Rp 1,5 milliar.


Industri perakitan dan penjualan mobil ambulans justru meningkat 100 %, di saat Gaikindo melaporkan kegagalan pihak mereka menjual belikan mobil baru. Saatnya industri otomotif memutar kembali inovasi penjualannya. Karena thesis yang diajukan mengenai turunnya penjualan mobil secara drastis ternyata tidak terjadi di segment mobil tertentu. 


Mungkin bukan kelesuan pasar mobil yang terjadi, mungkin karena bisnis otomotif selama ini telah dimanja secara berlebihan oleh kebijakan pemerintah. Turunnya penjualan mobil, karena memang kegagalan mengantisipasi perubahan pasar dan insentif yang berlebihan yang selama ini telah dinikmati oleh industri otomotif dalam negeri. Mungkin karena itu pula, skema manja lain yang diajukan oleh Gaikindo ke pemerintah tidak segera direspons. Meskipun dalam thesis, skema manja yang diajukan akan membantu 10 % dari perekonomian nasional, akan tetapi 10 % kenaikan ekonomi nasional ini kembali kemana ? Siapa yang menikmati skema tersebut ?


Sejak Peristiwa Malari di dekade tahun 1970-an Industri Otomotif mobil Asing di Indonesia melesat tajam. Beragam Skema yang sangat menguntungkan industri dan otomotif asing dinikmati selama bertahun-tahun. Bahkan industri otomotif untuk negara sebesar Indonesia gagal memunculkan mobil Nasional. Beberapa brand lokal seperti Komodo yang masih eksis sampai saat ini masih dipandang sebelah mata dan cenderung dianak-tirikan bahkan oleh pemerintah. Apa susahnya membuat mobil untuk konsumsi dalam negeri. Industri Pesawat terbang saja bisa dibuat oleh Alm.Prof.Dr. B.J.Habibie, apalagi industri otomotif yang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan industri Pesawat Terbang. Bahkan di Indonesia saat ini sudah ada dua pabrik pesawat terbang Nusantara (Selain Dirgantara Indonesia (BUMN) ada lagi satu industri pesawat swasta yang juga didirikan dan dibuat pribadi oleh Prof. Dr.B.J. Habibie). 


Memang tidak mudah menghadapi mafia industri otomotif mobil Nasional. Jika negara sekelas Korea selatan atau bahkan India juga bisa membuat mobil Nasional mereka, maka sudah pantas jika Industri Otomotif Mobil Nasional Indonesia juga mendapat dukungan dari Negara (jika pemerintah tidak mampu mendukung). Seperti yang selama ini dinanti-nanti kan rakyat, dan yang selalu menjadi mimpi indah tanpa kenyataan, ketika bangun, saat mimpi malam telah berlalu. 
























Thursday, November 12, 2020

Up date Global Covid 19

 Data Global Per 13/11

 
 

Bandung, Informatika Newsline (13/11/2020)

Jumlah korban tewas global mencapai hampir 1,3 juta jiwa dari 52,7 juta lebih yang positif terinfeksi, atau 2,4548 % kematian dari seluruh total mereka yang terinfeksi virus.  Angka self healing mencapi 36,5 juta jiwa lebih, atau secara prosentase mencapai 69,2931 %. Data juga menunjukkan bahwa sebanyak 16,1 juta lebih dalam kondisi sakit (30 % lebih). Dari 16.194.030 yang sakit ini meninggal sebanyak 1,3 juta jiwa atau 7,9944 % kematian.

Jumlah korban tewas di Indonesia telah mendekati 15 ribu jiwa. Jumlah pasien terinfeksi mencapai lebih dari 450 ribu orang (3,3016 % kematian dari seluruh total mereka yang terinfeksi). Sebanyak 382 ribu mengalami self healing. Tingkat self healing di Indonesia mencapai  84,4775 %, prosentase yang sangat tinggi dibandingkan dengan angka global yang hanya mencapai 69 %. Sebanyak 70 ribu jiwa lebih masih dalam kondisi sakit (70.207). Tingkat kematian  dibandingkat dengan jumlah total pasien yang sakit mencapai 21,3554 %. Prosentase tingkat kematian ini jauh lebih tinggi dibandingkan angka rata rata dunia yang hanya mencapai 7,9944 %. 

Data prosentase tingkat kematian Indonesia yang jauh lebih tinggi dari angka global ini memicu sebuah pertanyaan besar. Jika data versi pemerintah ini benar tanpa rekayasa, maka Covid 19 di Indonesia tiga kali jauh lebih ganas dibandingkan dengan kondisi global (Riset/Vijay)


Lihat Data Global sebelumnya

Lihat juga : NEWS UP DATE