Pages
Pages
Pages - Menu
Pages - Menu
Monday, July 12, 2021
(cc) Santi Dan Sketsa Detak Kehidupan Masyarakat Urban (cc)
Oleh : G. Ikka Wijaya, Ketua Divisi IT Paguyuban Asgar, Bandung
Konstruksi
Masyarakat semakin kacau balau. Tidak ada yang bisa mengatasi kekacau
balauan yang terjadi di tengah tengah masyarakat ini. Tidak ada yang
cukup untuk dijadikan pedoman. Semua orientasi diarahkan ke penguasaan
kuantitas mata uang dan bukan kualitas diri.
Adalah Santi (bukan
nama sebenarnya) yang putus sekolah di tingkat SMP !!! Santi Duduk di
kelas 3 SMP dan kemudian harus terpaksa mengikuti kelas on line (daring)
karena Pandemi Covid-19. Karena tidak punya biaya untuk dibayarkan di
sekolahnya yang swasta, Santi pun memutuskan untuk putus sekolah.
Padahal akhir Maret ini teman-teman Santi sudah dipanggil kembali masuk
ke kelas off line, karena akan ada ujian atau persiapan ujian akhir.
Akan tetapi Santi memilih diam dan tidak ikut kembali masuk ke dalam
sekolah.
Alasannya hanya satu, sekolah meminta uang.Pekerjaan
orang tua Santi adalah tukang makloon sepatu, pembuat pesanan sepatu
dari juragan sepatu. Jika ada pesanan pembuatan sepatu dari juragan
sepatu, maka ayahnya akan membuat sepatu pesanan tersebut. Akan tetapi
jika tidak ada pesanan tidak ada uang yang dipegang di tangan. Santi
yang masih kecil itu memahami kesulitan orang tuanya, dan kemudian
memutuskan tidak meneruskan sekolah.
Sekolah Swasta SMP Santi
ini tidak pernah peduli dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada
Santi.Juga saat Santi tidak datang ke sekolah tak pernah ada upaya
untuk mencari tahu, dan memediasi masalah yang dihadapi oleh Santi.
Mereka
para pengelola SMP Swasta itu hanya menjalankan sekolah untuk
mendapatkan keuntungan dari uang yang dibayarkan oleh siswa yang masuk
ke mereka.
Sekolah negeri ? Tidak perduli sekolah negeri atau
sekolah swasta, yang penting bagaimana bisa mendapatkan uang yang cukup
untuk para pemilik sekolah. Yayasan, guru-guru, kepala sekolah, penilik
sekolah, kepala Dinas, Walikota/Bupati/Gubernur.
Mereka semua
tidak pernah perduli kepada Undang-Undang Perlindungan Anak, yang
melindungi masa depan anak-anak di bawah usia dewasa dari putus sekolah.
Bagi rakyat kecil seperti Santi, tidak ada Undang-Undang itu. KPAI,
Komisi perlindungan Anak Indonesia ? lembaga apalagi itu ? Santi tak
mengenal itu semua, yang jelas semua derita kehidupan yang datang ya
datang saja. Tak perduli ada pemerintah, tidak perduli ada
Undang-Undang, tidak perduli pada apapun.
Ya memang kehidupan
Santi sangat memilukan, tapi Santi tak pernah tahu apa itu BLT (Bantuan
Langsung Tunai) apa itu bantuan pemerintah untuk orang miskin. Semuanya
Hanya cerita di ujung
dunia, Santi tak pernah mengetahui tak pernah
faham apa itu semua.Santi juga tak pernah berharap ada bantuan dari
siapa-siapa. Hanya nanar melihat dan menunggu saja. Desa, Kepala Desa,
Pak RT, Pak Camat, tidak tahu apa fungsi mereka dan apa hubungan mereka
dengan kesulitan, kemiskinan yang di alami Santi dan juga orang tuanya.
Mereka semua kelihatannya juga mengalami kesulitan yang sama. Tidak ada
dengki atau iri atau rasa apapun di dalam hati Santi dan orang tuanya.
Ya memang tidak punya uang, mungkin masuk katagori miskin, terus setelah
itu apa ? Ya tidak apa-apa.Kalau meneruskan sekolah harus menyiapkan
uang yang mereka tidak punya, ya nanti saja sekolahnya, jika sudah ada
uang.
Tidak pernah ada bayangan apapun soal masa depan, jika
tidak sekolah. Apa gunanya sekolah ? Juga tidak terlalu banyak
dipikirkan.Kekacau balauan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat ini
semakin parah. Masyarakat tidak tahu dan tidak mengerti mereka harus ke
mana. Ke mana mereka akan di bawa.
Hasil produksi yang mereka
hasilkan tidak cukup untuk membayar biaya anak sekolah, mengambil
ijazah, dan banyak kekacauan lainnya. Negeri ini berjalan menuju arah
yang tidak jelas. Semua kegiatan masyarakat diarahkan untuk berproduksi
dan merebutuang, dengan berbagai cara.
Tidak perlu lagi ada
kualitas kepribadian, tidak perlu lagi ada bobot etika, dan semua
nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi itu tidak perlu. Sekarang semua nya
menjadi sangat sederhana.
Hasilkan uang sebanyak-banyaknya. Dan
setelah itu belanjalah apapun sebanyak-banyaknya. Bergembira terus tidak
pernah berhenti. Jangan sampai bersedih atau terpuruk, dengan cara
apapun carilah jalan untuk bergembira berfoya-foya bersuka ria.
Tidak
perlu ada kebijaksanaan apa juga itu wise, tidak perlu ada pendidikan
tinggi, apa gunanya, sopan santun hanya basa basi, bahkan agama untuk
apa ? jika tidak punya uang. Bahkan agama yang menjadi dasar
kehidupanjuga tidak mampu menyentuh relung terdalam dalam hati dan benak
masyarakat.
Kerusakan besar sedang terjadi di tengah tengah
masyarakat. Tidak ada pemerintahan, yang ada adalah orang-orang
berseragam yang jika salah posisi bisa tertangkap, atau jika sedang sial
akan merasakan kekuatan dan kekuasaan mereka. Masyarakat
terkatung-katung. Masyarakat kehilangan arah dan pedoman. Semua yang
dijadikan pedoman perlahan-lahan luntur dan menjadi tidak layak
dijadikan pedoman.
Santi meninggalkan sekolahnya, mencari pekerjaan seadanya, mendapatkan uang itu yang penting.
Sayangnya
memang, wajahnya tidak cantik, tapi Santi itu seorang wanita, bahkan
wajahnya yang tidak cantik itu tidak menghalangi nya untuk menjadi
wanita.Bahkan mantan bos nya yang di warung pinggir
jalan Mojosari itu pun sudah akan meniduri dia, jika dia tidak berhasil lolos. Gaji tak dibayarkan dan
kegadisan Santi juga hampirsaja diambil paksa oleh orang.
Tidak
ada lagi yang melindungi Santi. Tekanan uang di segala penjuru membuat
Santi tidak tahu harus bagaimana. Meneruskan sekolah ? bahkan jika harus
menerima bea siswa atau sekolah gratis pun , Santi tidak lagi akan
tertarik. Sekolah menjadi sangat tidak menarik. Guru-guru yang miskin,
tidak pernah bisa dijadikan contoh. Apa yang diajarkan di sekolah juga
tidak lagi terlalu menarik. Guru-guru mengajar tidak pernah fokus. Di
Kepala Guru-guru itu hanya ada kebutuhan untuk mendapatkan uang yang
cukup. Gaji yang didapat guru ? Tidak cukup. Untuk kredit mobil saja,
tidak bisa. Kecuali ada proyekdari Diknas, mungkin bisa lebih baik
kehidupan guru-guru.Tayangan tik tok di HP jauh lebih menarik dari yang
diajarkan guru-guru, juga potongan-potongan film di you tube, atau situs
situs menarik, situs situs rahasia di internet jauh lebih menarik (Baca
: situs-situs porno).
Iya pemerintah punya internet sehat,
semoga masyarakat bisa memanfaatkan internet sehat. Ah itu juga tindakan
sia-sia. dengan aplikasi VPN saja filter internet sehat yang dibuat
oleh Kominfo itu langsung tidak ada artinya.Semua konten menarik (Baca :
Konten Porno) terbuka begitu saja, tinggal instal aplikasi VPN yang
jumlahnya tak terhitung banyaknya di internet, program milyaran atau
mungkin bahkan ratusan milyar yang diambil dari APBN oleh Kominfo itu
tak lagi berarti. Ada yang pura-pura tidak tahu. Seolah-olah dunia
internet itu sudah bersih dari konten-konten yang menarik seperti itu
(Baca : Konten Porno)
Harus ada yang turun, dan tinggal di tengah
tengah masyarakat. Menjadi paku alam, menjadi panduan masyarakatyang
sedang cerai berai seperti ini.
Seorang yang baik, yang menjadi
panutan, yang memberikan sebuah formulasi kehidupan yang benar, bukan
formulasi kehidupan hedonisme dan carut marut, cerai berai seperti saat
ini.
Bagaimana mungkin di tanah kita yang subur ini,ada orang
yang tidak bisa makan, ada orang yang miskin, ada orang yang tidak
mengerti ke mana jalan hidupnya. Tanah ini suburtanamlah apapun, dia
akan menghasilkan apapun. Bagaimana kalian semua jadi kehilangan arah
seperti ini.
Sambil menitikkan air mata di dalam hati, aku
melihat kembali Santi. Wajahnya tidak cantik, tapi dia wanita sempurna,
semua laki-laki akan gandrung pada tubuhnya. Tapi rasa kasih sayang yang
mendalam, pada derita kehidupannya yang terlilit kebodohan dan ketidak
tahuan menghapus semua itu. Kenapa kau jadi sebodoh ini. Kau tinggalkan
kearifan dan kebijaksanaan demi mencari uang. Uang bisa membantu membeli
semuanya. Bukankah masalah akan selesai dengan memiliki uang ?
Ajaran
bahwa Tuhan bukan uang dalam kehidupan sehari-hari Santi begitu
abstrak. Tak ada yang membantunya memahami. Butuh orang yang bisa
memberikan pemahaman yang benar. Masyarakat sudah sakit parah, juga
sistem pendidikan yang keropos parah, dan pemerintah yang tidak pernah
jelas
ada di mana dan sedang berbuat apa untuk Santi.
Di
manakah negara ? Apakah itu ? Sebuah konsep yang semakin lama semakin
kabur dalam kehidupan Santi yang masih muda dan dipenuhi kesulitan hidup
yang bahkan sulit dedefinisikan apakah itu. Dan dengan sangat sederhana
didefinisikan sebagai uang....Tapi jika uang telah didapat bukanlah
kecukupan yang didapat akan tetapi kekurangan yang terus menerus. Jika
uang sedikit ada di tangan pasti tidak cukup, jika ada tambahan cukup
banyak uang, uang itu pun habis. Materialisme membuat nilai mata uang
menjadi kurang, banyak nya uang tak seberapa dengan kebutuhan untuk
memboroskan uang, apalagi uang yang tak seberapa.
Lihat Tajuk Rencana Dan Opini Lebih Lanjut :
Danau Turkana

Monday, July 5, 2021
Tri Risma segera kirimkan bantuan untuk 1.200 Pengungsi di Yalimo
Tri Risma segera kirimkan bantuan untuk 1.200 Pengungsi di Yalimo
Buku Teori dan Praktek Implementasi Medan Elektromagnetik
Lihat Buku Digital (broken link) Link baru
Anda menemukan broken link di site Informatika News Line group? Silahkan klik Link penjelasan teknis Redaksi (info Redaksi)
Index News Informatika/Informatika News Line
Friday, July 2, 2021
(cc) Buaya Versus Manusia di Mojokerto : Melepas Buaya ? Sok Cinta Alam Tak Peduli Manusia ? (cc)
News Analysis
News Clip :
1. Buaya Sungai Sadar Mojokerto Muncul Lagi (2/07/2021)
https://faktualnews.co/2021/07/02/buaya-sungai-sadar-mojokerto-muncul-lagi/267454/
2. Buaya di Sungai Sadar Mojokerto Berhasil Ditangkap Warga, Ini Penampakannya (10/06/2021)
https://jatim.inews.id/berita/buaya-di-sungai-sadar-mojokerto-berhasil-ditangkap-warga-ini-penampakannya
Deskripsi :
Buaya Sungai Sadar Mojokerto Muncul Lagi
Peristiwa : Jumat, 2 Juli 2021 | 15:27 WIB
Penulis: Muhammad Lutfi Hermansyah
https://faktualnews.co/2021/07/02/buaya-sungai-sadar-mojokerto-muncul-lagi/267454/
Buaya muncul di sungai Sadar Desa Sukoanyar, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, kembali muncul di permukaan, Jumat (02/06/2021).
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Buaya Sungai Sadar di Desa Sukoanyar, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, dikabarkan kembali muncul ke permukaan pada Jumat (02/06/2021). Warga setempat, Yudhi Setiawan mengatakan, buaya itu diketahui berada di sebelah barat jembatan Desa Sukoanyar di dekat sebongkah batu.
“Ya benar muncul lagi. Tadi ada di sebelah barat jembatan dan menampakkan diri di dekat bebatuan,” kata Yudhi.
Yudhi menambahkan, buaya muara yang muncul atau menampakkan diri itu diperkirakan merupakan buaya yang sama dengan yang ditangkap kemudian dilepasliarkan di Sungai Brantas beberapa waktu lalu.
“Saya kira buaya ini buaya yang sama dengan yang dilepaskan di Sungai Brantas beberapa waktu lalu,” tukasnya.
Yudhi menduga, buaya muara itu kembali ke tempat semula kemungkinan besar karena di Sungai Sadar ada aliran air pembuangan sisa pencucian dari pabrik usus.
“Nanti pasti muncul lagi, kayaknya memang enggak mau pindah. Mungkin di situ gara-gara ada pembuangan sisa air cucian pabrik usus jadi ada bau anyir,” tandasnya.
Sementara, Kapolsek Ngoro Kompol Subiyanto mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tetap berhati-hati.
Dia menegaskan, kemunculan buaya di Sungai Sadar adalah hal yang biasa.
“Kita imbau agar tetap berhati-hati. Kalau memang mau ditangkap ya tidak apa-apa, seperti beberapa waktu lalu.Tapi kalau ditangkap nanti juga akan diambil oleh BBKSDA Jatim lagi,” ucapanya.
Analysis
News Analysis :
Penduduk Kabupaten Mojokerto berhasil menangkap buaya di Sungai Brantas beberapa waktu yang lalu (10/06/2021). Akan tetapi atas pertimbangan BBKSDA Jawa Timur, buaya tersebut diminta dilepaskan lagi di habitat asli nya di Sungai Brantas.
Akan tetapi pada Jum'at (2/7/2021) buaya tersebut terlihat lagi muncul di sunga Brantas. Tentu saja buaya yang dilepas akan muncul lagi di habitat di mana dia dilepaskan. Tentu saja bukan hal yang aneh.
Yang aneh adalah keputusan BBKSDA Jawa Timur yang meminta melepaskan kembali Buaya ke Sungai Brantas. Ini adalah sebuah keputusan yang aneh di Kabupaten Mojokerto yang menjadi daerah penyangga Metropolitan Surabaya. Area Kabupaten Mojokerto termasuk dalam wilayah pengembangan Gerbangkertosusila.
Jadi daerah Kabupaten Mojokerto bukanlah area hutan belantara tempat binatang buas boleh berkeliaran begitu saja dengan bebas. Keputusan tidak jelas BBKSDA Jawa Timur ini patut dpertanyakan, kenapa hewan buas seperti buaya ini malah dilepaskan begitu saja di Kali Brantas setelah berhasil ditangkap oleh masyarakat.
Apakah perangkat Pemerintah Provinsi Jawa Timur via BBKSDA telah cukup mumpuni dalam melindungi potensi bentrok antara buaya dan manusia, antara buaya dan masyarakat ? Apakah penduduk sekitar habitat pelepasan buaya telah memilki pengetahuan yang cukup tentang potensi bahaya buaya ini.
Buaya adalah binatang buas yang tidak mengenal tatanan kehidupan sosial, sementara lokasi habitat pelepasan buaya adalah lokasi yang memiliki potensi sentuhan sangat tinggi dengan masyarakat sekitar, bukan hutan lindung, juga bukan cagar alam.
Melepaskan buaya buas di tengah komunitas masyarakat adalah bentuk lemahnya analisis, atau dalam bahasa Jawa Timuran "ngawur' berat, meskipun pertimbangannya adalah untuk perlindungan satwa liar.
Analisis aparatur pemerintah begitu dangkal dan meremehkan keselamatan masyarakat. Mojokerto bukanlah lokasi hutan rimba, seperti di sebagian besar lokasi lain di Indonesia. Perlu analisis yang sangat serius untuk melepaskan buaya di tengah-tengah komunitas masyarakat yang padat seperti di Kabupaten Mojokerto. Bukan saja padat, akan tetapi Kabupaten Mojokerto adalah salah satu pusat perkembangan pembangunan di Jawa Timur, dan termasuk dalam kawasan Gerbang Kerto Susila.
Di Kawasan perkembangan seperti ini, sebaiknya hewan liar diberikan lokasi khusus saja, di Kebun Binatang misalnya, bukan gegabah dilepaskan begitu saja di habitat yang bersentuhan dengan kawasan padat manusia seperti di Kabupaten Mojokerto.
Meskipun di lokasi pelepasan mungkin adalah lokasi sungai yang berjarak dari kawasan penduduk, akan tetapi BBKSDA lupa, bahwa radius habitat Buaya ini akan bersentuhan dengan lokasi padat kegiatan di Mojokerto.
BBKSDA Jawa Timur mungkin lupa data Biro Pusat Statistik di tahun 1980-an yang menghitung tingkat kepadatan Kota Mojokerto yang melebihi Kota Jakarta. Pada tahun 1980 an Kota Mojokerto telah memiliki kepadatan lebih dari 600 orang per kilo meter persegi, jauh dari tingkat kepadatan Kota DKI Jakarta. Perhatikanlah data-data seperti ini, data ini menunjukkan pada satu hal, bahwa tingkat kepadatan manusia di Mojokerto sangatlah tinggi. Memang data BPS ini bicara tentang Kota Mojokerto bukan Kabupaten Mojokerto. Akan tetapi apakah kemudian analisis yang dilakukan tidak bisa memahami relasi data-data kepadatan penduduk ini dengan kebijakan "ngawur" (Kata Orang Jawa Timur) seperti ini.
Apakah BBKSDA tidak mengetahui bahwa kegagalan mengatasi kemiskinan di area seperti Kabupaten Mojokerto, membuat ada kelompok masyarakat yang kemudian hidupnya memancing ikan, atau mencari car makanan di sungai ? Lemahnya pengetahuan orang tua, bahkan membiarkan anak-anaknya bermain-main di area sungai. Dan bahkan ada sementara orang yang karena kemiskinannya, harus mandi di sungai.
Atau memang mungkin dalam analisis BBKSDA Jawa Timur, komponen manusia seperti di atas, adalah termasuk bagan dari habitat Buaya, sah jika jadi mangsa buaya ? Buaya bukan cicak yang makan nyamuk, akan tetapi jika ada sebuah respons tertentu buaya juga bisa melirik manusia sebagai alternatif mangsa.
Mungkin kantor BBKSDA Jawa Timur harus dipindah ke tengah Sungai Sadar, anak Sungai Kali Brantas, agar bisa memahami konteks betapa berbahaya nya keputusan BBKSDA Jawa Timur, yang coba dibuat analisis di sini. Masyarakat mungkin perlu mengajukan ke PTUN, atas putusan yang aneh dan ngawur seperti ini (Al Hikam).