Sebuah mekanisme internal yang terjadi dalam tubuh manusia yang dipicu oleh perintah illegal yang berasal dari Covid-19, membuat tubuh mengalami kematian. Perintah dari oknum Pemimpin Palsu Covid-19, membuat tubuh bereaksi berlebihan, dan pada akhirnya mengundang kematian bagi dirinya sendiri. Ini adalah studi yang melihat dampak dari pemimpin yang tidak sah Covid-19, yang mengendalikan fungsi fungsi tubuh untuk kepentingan mereka sendiri (Covid-19)
Bandung, Informatika Newsline (09/12/2020)
Sebuah studi yang dilansir di jurnal Sciencemag menyimpulkan bahwa kematian yang terjadi pada korban terinfeksi virus Covid-19 kemungkinan disebabkan munculnya protein dalam jumlah tinggi
di tubuh penderita.
Protein yang disebut Bradykinin ini ditemukan jumlahnya sangat berlebihan pada korban tewas terinfeksi Covid-19. Masuknya virus Covid-19 ini memicu produksi berlebihan Bradykinin di dalam tubuh manusia. Dan Produksi Bradykinin yang berlebihan inilah yang kemudian menjadi penyebab kematian mereka yang terinfeksi oleh Covid-19.
Untuk mengatasi hal ini, maka produksi Bradikinin di dalam tubuh harus dikendalikan, agar tidak berlebihan jumlahnya. Jurnal lain New Science mengungkapkan bahwa uji coba obat untuk mengendalikan jumlah badrikinin di tubuh sedang dilakukan. Pengendalian Bradykinin dalam tubuh akan mencegah mereka yang terinfeksi Covid-19 tewas.
Apakah Bradykinin itu ?
Protein bradykinin berhasil ditemukan untuk pertama kalinya pada tahun 1948 oleh tiga ahli dari Sao Paulo, Brasil. Dr. MaurÃcio Rocha e Silva, Wilson Teixeira Beraldo, dan Gastão Rosenfeld, menemukan protein ini pertama kalinya pada plasma darah hewan.
Mereka heran, hewan yang diberi racun, ternyata dalam plasma darahnya muncul protein yang baru dikenali. Mereka menyebut protein itu Badrykinin. Studi selama kurang lebih 10 tahun yang dimulai dari tahun 1939 itu, sebenarnya ingin mengetahui kemampuan penyembuhan sendiri tubuh dari serangan luar dengan memproduksi 'obat' internal dalam tubuh sendiri. Kemampuan penyembuhan sendiri ini disebut dengan istilah auto farmakology. Tubuh ternyata mampu memproduksi sejumlah kombinasi zat dalam tubuh sendiri untuk menghadapi serangan dari luar.
Studi lanjutan terhadap Bradykinin ini pada akhirnya menemukan bahwa jumlah protein ini yang cukup besar pada tubuh, bertanggung jawab pada rasa sakit yang muncul. Produksi berlebihan Bradykinin juga diketahui akan menyebabkan peradangan pada tubuh. Akan tetapi pengaturan komposisi "Brady" yang tepat malahan bisa membuat proses penurunan tekanan darah.
Beberapa obat untuk hipertensi dan gagal jantung yang memiliki ijin edar FDA di Amerika Serikat memiliki fungsi meningkatkan jumlah kandungan " Brady" di dalam tubuh. Sebuah mekanisme menghambat ACE dalam tubuh (nama protein lain), bisa meningkatkan jumlah "Brady" dalam tubuh.
Obat gagal jantung yang biasa beredar di Amerika memiliki fungsi menghambar ACE yang kemudian secara otomatis membuat tubuh memproduksi lebih "Brady" dan membuat pasien gagal jantung lolos dari bahaya kematian.
Covid-19 Memaksa Produksi Brady berlebihan
Virus Covid-19 yang masuk dalam tubuh manusia diketahui melakukan sebuah mekanisme kontrol produksi "Brady" dalam tubuh. Tubuh menyangka bahwa perintah yang dilakukan oleh Covid 19 itu adalah perintah yang normal dari tubuh. Tubuh sendiri tidak mampu mengenali bahwa Covid 19 adalah pemimpin palsu yang memberikan perintah-perintah palsu, untuk kepentingan pribadi Covid 19. Perintah palsu yang fatal dari pemimpin palsu dalam tubuh ini berakibat fatal. Jika batas optimal "Brady" dalam tubuh terlampaui, maka protein ini berubah fungsi menjadi mematikan.
Covid-19 ternyata membuat sebuah mekanisme badai besar Brady di dalam tubuh. Bradykinin Storm, atau badai Brady adalah sebuah kondisi produksi Brady yang sangat banyak di dalam tubuh. Jumlah protein Brady yang berlebihan ini memicu rasa sakit, dan berbagai anomali fungsi tubuh manusia, yang jika terlambat ditangani membuat kematian.
Sebagian besar pasien Covid-19 mengalami gejala gangguan pernapasan akut (ARDS), peradangan dan edema, dan penumpukan cairan. Hal ini terjadi akibat pembuluh darah yang bocor, sel kekebalan (serta
sitokin dan molekul lain yang diproduksi olehnya), dan protein plasma. Brady dalam jumlah berlimpah-limpah, karena kontrol illegal yang dilakukan oleh Covid-19 diyakini sebagai penyebab hal ini. Gagalnya mengendalikan jumlah "brady" dalam tubuh menyebabkan pasien pun mengalami kematian. (VIJAY)
Baca Lebih Lanjut :