Oleh : G. Ikka Wijaya
Kenangan Sahabat Dan Wajah Pendidikan Nasional Pra Reformasi

Kepergiannya di akhir hari Sabtu dan di awal hari Minggu yang lalu mengingatkan pada diriku sendiri. Karena aku lahir di akhir hari Sabtu dan di awal hari Minggu. Sebuah titik waktu pergantian hari yang penuh dengan kenangan. Waktu saat kepergian Adji Prasodjo mungkin sedikit bersamaan, berjarak beberapa detik, dengan saat-saat kami melepaskan seluruh jiwa kami semua untuk betaubat di hadapan Sang Pemilik Alam.Menembus sekat-sekat tubuh tidak berguna ini, melintasi petala petala langit, melihat wajah-wajah malaikat penjaga di pojok-pojok semesta Alam, membuat terkejut Dajjal dan kelompok jin penghancur generasi manusia, untuk mengetuk pintu MU memohon maaf atas kebodohan yang kami lakukan di sepanjang waktu yang telah KAU gelar untuk memperkenalkan seluruh asma dan sifat-sifat Dahsyat MU.
Perbedaan hanya lah ada pada saat Tuhan mengijinkan kembali jiwa kami kembali ke muka Bumi untuk menjadi saksi Kalabendu yang Dia gelar di negeri Syurga yang dikotori oleh tangan-tangan penuh darah dengan kecerdasan kejahatan yang mereka tebar di seluruh tanah Tuhan yang suci di negeri ini. Wajah-wajah penjahat besar negeri yang tidak pernah sadar bahwa tangan-tangan najis berdarah mereka telah membuat negeri ini menanggung kesengsaraan.
Aji Prasojo adalah Pelajar Teladan Terbaik Tingkat Nasional SMA. Dalam lomba pelajar teladan tingkat Nasional (1989-1990 an) Aji Prasodjo menjadi pelajar SMA terbaik putra. Pelajar Teladan Putri diraih siswa dari Sumatra, mungkin dari Sumatra Barat, saya tidak mencatat dengan baik.
Aji Prasojo yang selalu menjadi rival Pelajar Teladan saya Sejak masa SMP di kota Malang adalah potret bagaimana dunia Pendidikan Nasional mengolah seorang dengan potensi terbaik untuk menjadi generasi terbaik. Di tingkat SMP, prestasi Aji Prasojo pasti tidak sebaik prestasi yang kumiliki. Tapi dalam rivalitas Pelajar Teladan di Tingkat Kota Malang aku hanya menduduki peringkat ke-5, jauh di bawah peringkat Aji Prasojo yang pada tahun itu berhasil menjadi Pelajar Teladan Tingkat Kota Malang SMP. Aji Prasojo gagal menembus lomba pelajar teladan tingkat Provinsi Jawa Timur. Bagaimana dia bisa menembus tingkat Provinsi ? Mengalahkan prestasiku saja di tingkat Kota Malang butuh bantuan Dinas Pendidikan Kota Malang. Prestasiku jauh lebih baik dari Adji Prasojo waktu itu, tapi bagaimana aku bisa kalah dari Adji Prasojo, begitu perasaan yang muncul di hatiku waktu itu.
Meski saat ini tertawa mengingat perasaan nakal yang muncul kekanak-kanakan itu. Namanya juga anak-anak, tak pernah sudi dikalahkan dengan cara-cara kotor oknum yang bahkan memiliki predikat sebagai pendidik bangsa.
Kekalahan ku di masa SMP itu hanya karena aku berasal dari SMP pinggir kota, SMP Negeri 10 Kota Malang tidak pernah berhak menjadikan siswanya menjadi pelajar teladan. Melawan SMP Negeri 1 Kota Malang, sebuah SMP yang hanya berjarak dan berbeda angka 0 saja, tidak ada yang lain.
Memang berbeda jauh SMP Negeri 1 Malang dan SMP Negeri 10 Malang. SMP Negeri 1 Malang adalah SMP Favorit. Semua siswa yang ada di SMP Negeri 1 Malang adalah generasi terpilih terbaik. Mereka sekolah dengan baju yang baik, berasal dari keluarga terbaik, berakhlak baik, berprestasi baik, dan berkelakuan baik.
Bedakan dengan SMP Negeri 10 Malang di tahun itu (1986-1988). SMP Negeri 10 Malang adalah sekolah bagi anak-anak buruh, tukang jualan dan pedagang di pasar Besar Kota Malang, perusuh, pengangguran dan penjahat kecil kambuhan di Daerah Polehan Kota Malang. Siswa-siswa SMP negeri 10 Malang, berangkat ke sekolah membawa tas sekolah yang tidakberisi buku dan alat tulis.
Anak-anak SMP Negeri 10 waktu itu bereangkat sekolah membawa barang-barang aneh. Besi gagang sepeda, pisau, dan berbagai peralatan aneh lain. Pulang sekolah selalu ada cerita tawuran anak-anak SMP Negeri 10 dengan sekolah lain. Buku dan alat tulis tidak banyak berguna dalam tawuran sepulang sekolah. Akan tetapi besi gagang sepeda bisa digunakan alat untuk memukul lawan yang menyerang.
Beberapa sahabat ku di SMP Negeri 10 adalah petinju yang bekerja di Sasana Tinju Gajayana Malang. Mereka rela menjadi sparring partner petinju professional di Sasana Tinju untuk mendapatkan uang belasan ribu rupiah. Jumlah uang yang cukup besar pada waktu itu.
Slamet sahabatku, salah satu petinju bayaran waktu itu mendatangiku. Lalu dia mengukur lingkar dada dan punggung ku. Dia terkejut melihat betapa lebarnya lingkar dada dan punggung ku.
" Sobat... katakan saja pada ku ... kalau ada orang atau siapa yang mengganggumu... aku yang akan
mengatasinya... jangan pernah takut..." Begitu kata Slamet kepadaku. Tawaran penjagaan yang tak pernah aku gunakan sampai saat ini.
Profil SMP Negeri 10 yang seperti ini tentu saja tidak akan membuat Diknas Kota Malang meloloskan siapapun dari SMP Negeri 10 Malang menjadi Pelajar Teladan mewakili seluruh pelajar di Kota Malang. Tapi saya cukup berprestasi dan dalam pandangan anak-anak ku, aku merasa lebih baik dari Aji Prasojo. Mengapa jadi dia yang mewakili menjadi pelajar teladan dari Kota Malang. Hal yang tidak mampu aku mengerti pada saat usiaku masih muda. Tapi aku tahu pasti, bahwa ini adalah ulah dari oknum-oknum pegawai Dinas Pendidikan Kota Malang waktu itu. Di Jawa Timur Aji Prasojo bertemu dengan sahabatku SDKS yang mewakili sekolah lamaku di sebuah kota bagian utara Jawa Timur kota yang berbatasan dengan Provinsi Jawa tengah. Baik Aji Prasojo ataupun SDKS tidak ada yang lolos ke Jakarta untuk lomba Pelajar Teladan tingkat Nasional.
Tapi aku tidak bertemu hanya dalam 1 kali even Pelajar teladan saja dengan Aji Prasodjo. Beberapa bulan kemudian sebuah lomba prestasi yang terbuka juga dilakukan kembali, bukan lomba Pelajar teladan. Tapi lomba bidang studi yang dilihat terbuka di muka umum.
"Ini kesempatan untuk membalas kekalahan di lomba Pelajar Teladan..." kataku dalam hati.
Dan memang itulah saat yang diberikan oleh Sang Penguasa Waktu untuk mengalahkan Aji Prasodjo.
Masih teringat pada waktu itu, Walikota Malang, Tom Uripan (Alm), dengan nada sangat sinismemandang kami dari SMP 10 dengan sebelah mata.
" Di sini ada team dari SMP Negeri 1, SMP Negeri 3, .... ada juga team dari sekolah pinggir kotasekolah di timur Pasar Besar Kota Malang.... SMP 10 ....Kita akan melihat bersama... apakah sekolah di timur Pasar Besar Kota Malang ini bisa menunjukkan kemampuannya...." Pak Tom Uripan mengucapkan kata-kata itu sambil tersenyum.
Dan bagiku itu adalah isyarat penting kemenangan yang akan datang. Tak butuh waktu lama untuk menunjukkan hal itu. Dalam beberapa jam kemudian terlihat di final, team SMP 10 dan aku berhasil menyingkirkan team SMP Favorit dari SMP Negeri 1 Malang dan SMP Negeri 3 Malang. Mengejutkan semua orang. Guru-guru, pegawai Dinas Pendidikan, bahkan Walikota Malang juga terbelalak tak percaya.
Di akhir penyerahan penghargaan Pak Tom Uripan sampai menyempatkan waktu kembali berpidato. Hal yang tak pernah dilakukan oleh Walikota manapun. Khusus memberikan pidato untuk merevisi kata-kata yang dia ucapkan di Pidato pembukaan acara.
" SMP Negeri 10 memang hebat... Sekarang kalian yang akan mewakili kota Malang di tingkat Provinsi bahkan di tingkat Nasional...Luar biasa SMP jelek di pinggir Kota Malang, di Timur Pasar Besar Kota Malang... kalian bisa mengalahkan sekolah favorit, SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 ..." begitu ucapan selamat yang disampaikan Pak Tom Uripan.
Kemenangan atas Aji Prasodjo dan SMP favorit SMP Negeri 1 Malang terjadi lagi pada ujian akhir EBTA/EBTANAS yang terjadi di akhir studi SMP. Nilai ujian matematika ku meraih nilai tertinggi di seluruh Kota Malang. Dan meski tidak mendapatkan penghargaan nilai sempurna ku di Matematika mengkanvaskan seluruh pelajar Kota Malang. SMP Negeri 10 Malang harum kembali namanya karena nilai Matematika terbaik di Kota Malang, justru berasal dari sekolah paling menyeramkan di Kota Apel. Kemenanganku mengantarkanku masuk SMA Negeri 3 Malang, bertemu kembali dengan Aji Prasojo di SMA paling favorit di Kota Malang, SMA Negeri Bhawikarsu.
Di SMA Negeri 3 Malang terlihat kembali rivalitas dengan Aji Prasojo dalam bidang yang tak jauh beda dari masa SMP. Dan seperti mengulang peristiwa di SMP ada ulah oknum guru yang tidak melihat sebuah prestasi sebagai sebuah tanda penting dalam sebuah lomba prestasi. Akan tetapi melihat asal sekolah favorit sebagai tanda awal kemenangan.
Pada saat aku berhasil menduduki prestasi tertinggi di Semester 1 SMA, seorang guru SMA 3 Malang bertanya kepadaku di depan kelas.
" Prestasimu luar biasa... terbaik di SMA Negeri 3 Malang untuk semester 1 ini... kamu berasal
dari SMP Negeri 1 atau SMP Negeri 3 Malang ... anak ku ...."
Dan dengan penuh kebanggaan aku setengah berteriak agar terdengar ke seluruh siswa di dalam kelas I-5.
" Saya berasal dari SMP Negeri 10 Malang Ibu.... "
Tiba-tiba wajah Ibu guru yang penuh keramahan dan penghargaan itu berubah menjadi kecut. Ini siswa bukan berasal dari dua SMP Favorit di Kota Malang. Bagaimana dia bisa lolos masuk ke SMA Favorit SMA Negeri 3 Malang, SMA Bhawikarsu ?
Setelah peristiwa yang mengejutkan dewan guru SMA Negeri 3 Malang itu. Aku tak pernah ditanya lagi oleh guru-guru di SMA Negeri 3 Malang. Sampai saat wisuda SMA 3 Malang, saat aku satu-satunya yang mewakili kelasku Fisika-4 mendapatkan bunga penghargaan, karena Prestasi di Tingkat Provinsi Jawa Timur.
Petikan cerita saat bersama dan bersaing dengan Aji Prasojo di atas adalah kenangan untuk mengantarkannya pergi ke alam yang baru, pergi dari dunia negeri yang berantakan ini. Sekaligus melihat bagaimana wajah pendidikan yang menjadikan seorang Pelajar Teladan Nasional seperti Aji Prasojo yang saat ini wajah dan sistem pendidikan Nasional coba diubah drastis dengan pendekatan yang jauh berbeda. Tak lagi ada upaya mempertahankan sekolah favorit, tak lagi ada upaya pemuliaan pada kepandaian pada satu sisi cognitive semata, atau sisi pendidikan yang lain. Akan tetapi melihat wajah pendidikan yang yang lebih kompleks dan multi faced.
Wajah Depan Pengelolaan BUMN
Kepergian Aji Prasojo bukan sekedar menjadi penutup kisah rivalitas kami berdua dan melihat cermin dunia pendidikan pada masa itu, akan tetapi menjadi sebuah cermin lain, sebuah era kehancuran di depan mata, pada pengelolaan korup dan amburadul tata praja dan tata negara.
Kepergian Aji Prasojo menutup konsep Industri Strategis Nasional yang pernah menjadi andalan Orde Baru. Aji Prasojo berhasil memasuki PT INTI (Industri Telekomunikasi Indonesia) karena dukungan Program STAID yang didukung oleh Prof. BJ. Habibie. Selama beberapa tahun di Australia Aji Prasojo berhasil mendapatkan ilmu untuk pengembangan industri Telekomunikasi Indonesia. Jabatan Kepala SBU adalah jabatan satu level di bawah Direktur Utama PT INTI, yang dijabat oleh Aji Prasodjo pada saat beliau meninggal.
Dan dalam beberapa waktu ke depan wajah BUMN Industri Strategis akan mengalami perubahan besar. Perusahaan Holding yang membawahi beberapa BUMN Industri Strategis dan BUMN Lain akan segera dijalankan untuk melakukan re-manajemen BUMN di Indonesia.
BUMN dinilai gagal memberikan kontribusi yang cukup buat negeri, sehingga perlu diubah dengan cepat wajahnya. Dengan membentuk Holding-holding baru, maka diharapkan terjadi efisiensi pada pengelolaan BUMN. BUMN yang ada saat ini akan menjadi anak-anak perusahaan baru dari Holding yang dibuat oleh pemerintah. Dan anak-anak perusahaan BUMN ini kemudian tidak lagi didefinisikan sebagai BUMN lagi (?) Sebuah pernyataan sekaligus pertanyaan terhadap apa yang telah secara legal dipertontonkan oleh Mahkamah Konsttitusi yang menetapkan sebuah anak perusahaan BUMN bukan sebagai organ negara. Sebuah definisi yang tidak difahami dan dimengerti oleh banyak pegawai yang bekerja di BUMN dan anak perusahaan BUMN.
Mengapa BUMN gagal mencetak kontribusi bagi negeri ? Benarkan hal ini telah terjadi ? Atau memang karena ada sesuatu yang memang gagal disampaikan ke publik ? BUMN kita berhasil tapi memang tidak perlu disampaikan kepada publik bahwa BUMN ini tidak berhasil, karena kepentingan tertentu.
Bahkan BUMN yang mengelola ribuan hektar lahan yang sangat menguntungkan dalam perhitungan ternyata adalah BUMN yang siap bangkrut dalam pengelolaan keuangan. Seorang pengelola keuangan sebuah BUMN yang beroperasi di Jawa Barat, pernah datang kepada penulis.
Dia bercerita dengan sungguh-sungguh mengenai apa saja yang telah terjadi.
" Saya mengetahui semua proses pengelolan keuangan di BUMN ini ... Dan hasilnya memang parah....BUMN ini siap bangkrut, tak lagi mampu menggaji pegawainya dalam waktu 3 bulan ke depan.."
Saya mencoba bertanya lebih detil, tak percaya kata-katanya begitu saja. BUMN ini menghasilkan produk hasil industri yang laku keras di dunia internasional. Dan saya pernah merasakan betapa hebat produknya yang dijual dengan harga jutaan di pasar internasional. Menurut pendapat saya, tidak mungkin BUMN sehebat ini dalam kondisi keuangan yang buruk.
" Ya produksi memang bagus... akan tetapi dari pengelolaan keuangannya saya memberitahukan bahwa memang BUMN ini siap ditutup. Semua aset dan peralatan dikelola dengan penyelewengan yang membuat dana penyelewengan mengalir ke oknum tertentu dengan jumlah tidak sedikit....saya diminta untuk melakukan legalisasi melalui transaksi keuangan....Mereka semua tidak perduli apakah yang mereka lakukan akan menghancurkan BUMN ini.. yang penting mereka bisa menarik dana sebesar besarnya untuk kepentingan pribadi mereka.."
Kepentingan pribadi ? BUMN ? Bukankah ada KPK ? Apa saja kerja mereka ?
Saat ini adalah Era Reformasi. Di masa era Orde Baru bisa saja peristiwa ini terjadi. Oknum pemerintah melakukan interfensi ke BUMN pada masa Orde Baru adalah hal yang biasa. Di sebuah BUMN Telekomunikasi pada masa Era tahun 1990-an pernah ada konsep 3-2-1, 3 bagian untuk Pejabat Militer, 2 bagian untuk Pejabat Sipil, dan 1 Bagian Internal BUMN sendiri. Bahkan model penyelewengan pengelolaan BUMN di masa Orde Baru waktu itu menjadi sebuah sistem terbuka yang dikenali dengan baik.
Akan tetapi apakah hal yang sama juga terjadi pada masa ini ? Realitas bisa berkata lebih nyata dari sekedar formalitas argumentasi. Beberapa BUMN memang sedang mengalami proses penyederhanaan pengelolaan. Konsep untuk membuat induk perusahaan Holding Company sudah tersosialisasikan di puluhan ribuan pegawai BUMN, adalah sebuah tanda real yang tak terbantahkan. Meskipun di sisi lain terlihat keberhasilan yang luar biasa dari ratusan BUMN yang ada.
Dalam catatan Kementerian BUMN misalnya, Saat ini asset BUMN telah mencapai hampir 9000 trilyun, dengan pendapatan konsolidasi hampir 2300 Trilyun. Lebih dari 422 Trilyun telah disetorkan BUMN dalam Bentuk Pajak dan Dividen. Dan hampir 500 Trilyun dibelanjakan untuk APBN.
Meskipun ada yang masih aneh dalam pendapatan ke negara, antara Dividen yang berjumlah di kisaran kurang dari 100 Trilyun dan sisanya yang lain dalam bentuk setoran Pajak yang jumlahnya lebih daru 3 kali lipat dividen. Seharusnya Dividen bisa lebih tinggi dari setoran Pajak. Karena angka Dividen ini menunjukkan nilai sehat yang sebenarnya dari BUMN.
Angka ratusan Trilyun di Pajak menunjukkan potensi yang jauh lebih besar dari besaran nilai yang ditunjukkan laporannya oleh Kemeneg BUMN di sepanjang tahun 2019 ini. Keberhasilan sebuah BUMN bukan dinilai dari besarnya pajak yang diberikan kepada negara. Akan tetapi seharusnya dinilai dari deviden yang diberikan kepada Negara. Deviden yang kurang dari 100 Trilyun menunjukkan sebuah wajah pengelolaan yang parah dari BUMN.
Karena meskipun Kementerian BUMN Berkaor-kaor tentang keberhasilan ratusan Trilyun yang masuk ke APBN, tetap saja deviden yang diberikan sangatlah kecil dibandingkan nilai aset yang hampir 9000 Trilyun tersebut.
Ini juga menunjukkan bahwa BUMN memang tidak patut diperlihara. Karena yang dihasilkan oleh BUMN kurang dari 100 Trilyun Deviden kurang jauh dari 10 % asset yang dimiliki. Dari sisi ini terlihat bahwa BUMN jauh lebih menarik dijual dibandingkan dipertahankan dengan pendapatan yang kecil.
Nilai deviden keuntungan kurang dari 10 % dari asset yang dimiliki, menunjukkan kegagalan besar yang sedang membayang di depan mata. BUMN oleh negara terkesan hanya akan dijadikan pelengkap bagi proses transasksional pengelolaan APBN yang mendekati 3500 trilyun per tahun. Sebagai jaminan untuk mendapatkan lebih banyak dana untuk pembangunan yang bukan berasal dari hasil usaha kita (baca BUMN) sendiri. Laporan tentang nilai asset dan posisi keuangan yang disampaikan oleh Kemeneg BUMN menunjukkan wajah asli BUMN tanpa riasan dan tanpa topeng. Kalaupun diberikan topeng, tubuh asli BUMN tetap terlihat jelas tetap tak mampu ditutup-tutupi.
Strategi harus segera diubah dengan cepat. BUMN harus segera memberikan deviden yang lebih besar. Apa arti deviden yang kecil di bawah 100 trilyun bagi negara. Meski pendapatan konsolidasi telah mencapai 2300 trilyun, akan tetapi kontribusi untuk negara hanya 100 trilyun, sungguh hal yang sangat menyedihkan. Seharusnya BUMN bisa memberikan kontribusi lebih dari 1000 trilyun bagi negara. atau bahkan melebihi nilai APBN yang 3500 trilyun itu.
BUMN adalah organ atau unsur bisnis dari negara, bukanlah organ pelayan negara seperti ASN (Aparatur Sipil Negara) biasa. Secara praktis ASN bisa saja diperlakukan sekehendak negara atau penguasa negara, tapi BUMN tidak bisa. BUMN harus dikembalikan kepada khittahnya sebagai organ usaha negara.
Undang-undang No.19/2003 tentang BUMN memberikan tugas spesifik kepada BUMN yang seharusnya berimplikasi pada kenaikan deviden kepada negara. Akan tetapi nilai kurang dari 100 Trilyun yang disajikan datanya oleh Kementerian Negara BUMN sebenatrnya adalah sebuah tanda bahaya yang jelas bagi kehancuran BUMN. Sebuah strategi khusus harus segera dibuat dengan cepat. Bagaimana membuat deviden 100 Trilyunan itu bisa naik menjadi 1000 trilyun atau mendekati angka konsolidari pendapatan 2300 trilyun yang datanya disampaikan oleh Meneg BUMN.
BUMN harus bisa menghasilkan angka pendapatan minimal 1000 trilyun atau bahkan jika bisa, melebihi nilai APBN 3500 trilyun. Kondisi ini akan memberikan posisi khittah BUMN sebagai organ usaha dari negara. Bukan hanya sebagai pelengkap dompet bagi negara atau oknum pengelolanya; yang jika memang dibutuhkan darurat, bisa dijual sewaktu-waktu. Lumayan, sekali jual bisa dapat 9000 trilyun plus nilai pendapatan konsolidasi 2300 trilyun. Atau hampir 12 ribu trilyun,...dahsyat.
Bayangkan jika angka ini tidak tertulis sebagai aset atau pendapatan konsolidasi saja, akan tetapi tertulis sebagai deviden yang diberikan kepada negara. Maka jika pengelola negara memang adil dan baik, pasti rakyat akan menikmati tambahan 12 ribu trilyun plus 3500 trilyun yang telah didapatkan negara sepanjang tahun. Atau ada tambahan pendapatan negara lebih dari 15 ribu trilyun (15.500 trilyun lebih), betapa kayanya negara Republik ini. Betapa bahagianya rakyat Republik ini.
Sahabat Aji Prasodjo tempuhlah kehidupan dan alam barumu. Kami yang tertingal akan mewujudkan visi pengelolaan BUMN dan perubahan wajah dunia pendidikan yang lebih baik lagi. Semoga Sang Waktu berkenan memberikan kesempatan mengubah paradigma pengelolaan negara, pengelolaan BUMN dan wajah pendidikan Nasional lebih baik lagi di masa depan, kepada kami, yang kau tinggalkan.
Lihat Tajuk Rencana Dan Opini Lebih Lanjut :
Ini juga menunjukkan bahwa BUMN memang tidak patut diperlihara. Karena yang dihasilkan oleh BUMN kurang dari 100 Trilyun Deviden kurang jauh dari 10 % asset yang dimiliki. Dari sisi ini terlihat bahwa BUMN jauh lebih menarik dijual dibandingkan dipertahankan dengan pendapatan yang kecil.
Nilai deviden keuntungan kurang dari 10 % dari asset yang dimiliki, menunjukkan kegagalan besar yang sedang membayang di depan mata. BUMN oleh negara terkesan hanya akan dijadikan pelengkap bagi proses transasksional pengelolaan APBN yang mendekati 3500 trilyun per tahun. Sebagai jaminan untuk mendapatkan lebih banyak dana untuk pembangunan yang bukan berasal dari hasil usaha kita (baca BUMN) sendiri. Laporan tentang nilai asset dan posisi keuangan yang disampaikan oleh Kemeneg BUMN menunjukkan wajah asli BUMN tanpa riasan dan tanpa topeng. Kalaupun diberikan topeng, tubuh asli BUMN tetap terlihat jelas tetap tak mampu ditutup-tutupi.
Strategi harus segera diubah dengan cepat. BUMN harus segera memberikan deviden yang lebih besar. Apa arti deviden yang kecil di bawah 100 trilyun bagi negara. Meski pendapatan konsolidasi telah mencapai 2300 trilyun, akan tetapi kontribusi untuk negara hanya 100 trilyun, sungguh hal yang sangat menyedihkan. Seharusnya BUMN bisa memberikan kontribusi lebih dari 1000 trilyun bagi negara. atau bahkan melebihi nilai APBN yang 3500 trilyun itu.
BUMN adalah organ atau unsur bisnis dari negara, bukanlah organ pelayan negara seperti ASN (Aparatur Sipil Negara) biasa. Secara praktis ASN bisa saja diperlakukan sekehendak negara atau penguasa negara, tapi BUMN tidak bisa. BUMN harus dikembalikan kepada khittahnya sebagai organ usaha negara.
Undang-undang No.19/2003 tentang BUMN memberikan tugas spesifik kepada BUMN yang seharusnya berimplikasi pada kenaikan deviden kepada negara. Akan tetapi nilai kurang dari 100 Trilyun yang disajikan datanya oleh Kementerian Negara BUMN sebenatrnya adalah sebuah tanda bahaya yang jelas bagi kehancuran BUMN. Sebuah strategi khusus harus segera dibuat dengan cepat. Bagaimana membuat deviden 100 Trilyunan itu bisa naik menjadi 1000 trilyun atau mendekati angka konsolidari pendapatan 2300 trilyun yang datanya disampaikan oleh Meneg BUMN.
BUMN harus bisa menghasilkan angka pendapatan minimal 1000 trilyun atau bahkan jika bisa, melebihi nilai APBN 3500 trilyun. Kondisi ini akan memberikan posisi khittah BUMN sebagai organ usaha dari negara. Bukan hanya sebagai pelengkap dompet bagi negara atau oknum pengelolanya; yang jika memang dibutuhkan darurat, bisa dijual sewaktu-waktu. Lumayan, sekali jual bisa dapat 9000 trilyun plus nilai pendapatan konsolidasi 2300 trilyun. Atau hampir 12 ribu trilyun,...dahsyat.
Bayangkan jika angka ini tidak tertulis sebagai aset atau pendapatan konsolidasi saja, akan tetapi tertulis sebagai deviden yang diberikan kepada negara. Maka jika pengelola negara memang adil dan baik, pasti rakyat akan menikmati tambahan 12 ribu trilyun plus 3500 trilyun yang telah didapatkan negara sepanjang tahun. Atau ada tambahan pendapatan negara lebih dari 15 ribu trilyun (15.500 trilyun lebih), betapa kayanya negara Republik ini. Betapa bahagianya rakyat Republik ini.
Sahabat Aji Prasodjo tempuhlah kehidupan dan alam barumu. Kami yang tertingal akan mewujudkan visi pengelolaan BUMN dan perubahan wajah dunia pendidikan yang lebih baik lagi. Semoga Sang Waktu berkenan memberikan kesempatan mengubah paradigma pengelolaan negara, pengelolaan BUMN dan wajah pendidikan Nasional lebih baik lagi di masa depan, kepada kami, yang kau tinggalkan.
Lihat Tajuk Rencana Dan Opini Lebih Lanjut :
First Published : 13/07/2019.08.20.AM