(cc) Menata Ramadhan, Membuat Jebakan Untuk Memangkap Lailatul Qadar (cc)

MENATA IBADAH RAMADHAN 

Oleh : Al Syarif Al Husein Al Jalal

Pra Ramadhan 
Penataan yang tertib dan teratur ibadah Ramadhan adalah salah satu kunci untuk memenangkan Lailatul Qadar. Penataan penyiapan diri dimulai dari awal Ramadhan sampai akhir bulan.

Bahkan beberapa ulama memberikan nasihat pengaturan ibadah yang tertib itu dimulai sejak 1 tahun sebelumnya Ramadhan datang.

Bulan-bulan penting sebelum Ramadhan adalah bulan persiapan penting menuju Ramadhan. Bulan Rajab, Sya'ban, dan Ramadhan. Bulan Rajab adalah Bulan Allahbulan Sya'ban adalah Bulan Rasulullah, dan Bulan Ramadhan adalah bulan Ummat Rasulullullah (KZ). Rangkaian ibadah pada tiga bulan ini harus sudah mulai ditata dengan baik.

Link : Serba Serbi Bulan Rajab

Bulan Rajab adalah identik dengan penataaan ibadah sholat. Mengapa diturunkan perintah sholat pada 27 Rajab, karena ada kaitannya dengan penataan ibadah sholat sebelum shaoum di Bulan Ramadhan

Bulan Sya'ban adalah bulan Rasulullah. Bulan yatim piatu dan bulan mulai membersihkan harta dengan zakat maal. Zakat maal sebainya diselesaikan sebelum Bulan Ramadhan pada Bulan Sya'ban. Pada pertengahan bulan ada Nisfu Sya'ban, saat perhitungan amal satu tahun diangkat dan ketentuan takdir amal satu tahun ke depan ditetapkan

Malam Nisfu Sya'ban


Ramadhan 
Pilihan ibadah dalam Bulan Ramadhan sangat banyak. Dimulai dari malam hari sebelum ibadah puasa sampai berbuka di hari berikutnya

Hari Pertama
1. Doa Akhir Sya'ban

2. Doa Ramadhan Hari Pertama

3. Sholat Wajib, Sholat Tarawih, Sholat Witir
    Doa Setelah Sholat Di Bulan Ramadhan
    Doa Setelah Sholat Taraweh, Witir (dan Tahajjud)
4. I'tikaf di Masjid
5. Tadarrus Al Qur'an
6. Surat Al Qadar
7. Doa Sahur
8. Sahur
9. Puasa
10. Berbuka
11. Ibadah Hari Jum'at

Hari Kedua
11. Doa Ramadhan Hari Kedua

Hari Ke-3 s.d. hari ke-12
12. Doa Hari Ke-6 s.d. Hari ke-12 Ramadhan

Hari Ke-13, 14, 15 Ramadhan 
13. Doa Hari ke-13 s.d. Hari ke-15 Ramadhan 
14. Doa Al Mujir

Hari Ke-16 s.d. Hari Terakhir Ramadhan 
15. Doa Hari ke-16 s.d. Hari ke-30
16 Doa dan Ibadah Khusus Malam ke-19

Apakah Malam Lailaatul Qadar Itu ? 

Lihat : Mengejar Dan Menangkap Lailatul Qadr

Sebuah malam yang dahsyat ketika qadar diri diturunkan dalam sebuah malam. Malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Adalah sebuah malam ketika seorang insan mengenali qadar penciptaan hanya dalam 1 malam saja.

Milyaran aspek dalam diri adalah unsur yang harus dikenali satu demi satu sepanjang kehidupan kita. Tidak mudah mengenali satu aspek karakter kita. Karena karakter yang menempel di diri kita adalah sebuah karakter yang kompleks dan multifaced. Untuk mengenai satu buah karakter diri kita sendiri, membutuhkan waktu bertahun-tahun. Bahkan ribuan bulan.

Dan ada banyak manusia yang kehabisan waktu, bahkan sampai meninggalkan dunia tidak sempat mengenali dengan tuntas karakter dirinya sendiri. Dalam karakter dirinya sendiri itu sebenarnya tersimpan qadar qadar diri. Akan tetapi ketika malam Lailatul Qadar itu turun, maka Allah membantu mempercepat proses pengenalan seluruh karakter dalam diri kita. Itulah mengapa malam Lailatul Qadar itu adalah malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Karena dalam 1 malam saja kita tiba-tiba memahami qadar qadar diri kita, memahami dan mengenali fungsi penciptaan kita.

Akan tetapi pertanyaan selanjutnya, adalah, apakah setelah mengenali qadar diri, maka selesailah semuanya ? Awwaluddin ma'rifatullah... awal agama adalah ma'rifat tentang Allah. Apa hubungan antara mengenali kadar diri kita di malam Lailatul Qadar dengan ma'rifatullah ?

Pengenalan qadar diri adalah salah satu dari proses pengenalan diri sendiri. Man arofa nafssahu faqod aroha robbahu... dengan mengenali diri akan mengenali robbnya...  Proses ma'rifat robb adalah proses yang lebih komprehensif dari sekedar mengenali. Karena makrifat adalah proses untuk memahami, bukan hanya mengenali tapi memahami. Makrifatullah adalah proses memahami Allah. Apakah relasi antara Robbahu (Rob mu, Tuhanmu) dan Allah ?

Setelah memahami maka akan ridho, sehingga rodhiallahu anhum wa rodhu anhu, (QS (Al Maidah) 5:119) akan dapat terwujud. Allah meridhoi mereka dan mereka pun ridho pada Dia.

Bukan itu saja di akhir ayat mereka yang berada pada posisi rodhiallahu anhum wa rodhu anhu ini juga disebut Al Qur'an sebagai Fauzul Adhim, mendapatkan kemenangan yang besar (1).

Dalam ayat yang lain rodhiallahu anhum wa rodhu anhu ini juga disebut sebagai golongan Allah atau Hizbullah (2) Dalam ayat ke 22 Surat Al Mujadillah, disebutkan sebuah rentetan proses pembentukan karakter dan penyematan nama dari karakter yang berhasil disandang oleh kualitas yang menunjukkan  rodhiallahu anhum wa rodhu anhu. Selain fauzul adhim kualitas rodhiallahu anhum wa rodhu anhu disebut oleh Al Qur'an sebagai Hizbullah.  

Para ulama kemudian juga memberikan gelar rodhiallahu anhum wa rodhu anhu ini diantaranya kepada para sahabat. Sahabat Rasulullah diberikan gelar RA, maksudnya rodhiallahu anhum wa rodhu anhu.

Catatan Kaki
(1) Dalam studi transliterasi bandingkan penyebutan fauzul adhim  kemenangan besar ini dengan gelar-gelar raja di Nusantara Bra-Wijaya, yang artinya Wijaya Yang Agung, atau terjemah langsung nya adalah kemenangan (kemenangan =wijaya) yang besar. Lihat transliterasi ini dengan realitas penggunaannya dalam histori sejarah di Nusantara. Tidak mengherankan jika kemudian ada seorang ulama peneliti yang membuat koneksi salah satu kerajaan besar Nusantara dengan terminologi dalam agama Islam (Lihat diskusi dan penelitian menghebohkan tentang Majapahit adalah kesultanan Islam, dan tentangan para arkeolog yang menemukan bukti arkeologi Majapahit sebagai kerajaan Hindu Budha).

(2) Hizbullah dalam terminologi Al Qur'an berbeda dengan terminologi Hizbullah plesetan yang digunakan dalam dunia politik dan organisasi massa. Dalam organisasi politik dan ormas, penggunaan terminologi Hizbullah diarahkan untuk sekedar memberikan sebuah nama sesuatu, bukan pada hakikat dari sesuatu. Al Qur'an menyebut Hizbullah dalam rangka menyebut sebuah kualitas agama seorang pejalan makrifatullah bukan makrifatul politik atau makrifatul kekuasaan atas massa. Pergeseran makna kata ini membuat banyak friksi pemahaman yang bahkan parah dan rancu, mengundang penyederhanaan masalah (simplifikasi) dan menumbuhkan sesat atau salahnya pemahaman yang berbahaya. Politisasi agama dilakukan dengan merubah karakter dan sifat menjadi hanya sekedar nama tanpa karakter. Dalam tradisi Islam nama dan karakter adalah dua entitas yang menjadi satu. Sehingga nama adalah sebuah hal yang sangat penting. Karena nama menunjukkan karakter. Berbeda dengan pengertian lain yang menyatakan bahwa nama hanyalah sebuah julukan tanpa makna. Apalah arti sebuah nama ? Nama tidak menunjukkan karakter. Karena nama diberikan kepada sesuatu sebelum diketahui karakter dari sesuatu. Hal ini juga memberikan sebuah garis perbedaan yang mendasar antara apa yang diminta oleh agama dan apa yang tidak difahami oleh yang lain, bahkan yang berkedok agama (munafikun) apalagi yang terang-terangan melawan prinsip agama (kafirun). Dalam akhlakul Islam pemberian nama diberikan setelah proses memahami karakter sesuatu, atau gambaran sebuah misi atau visi dari sesuatu. Sebelum mengucapkan sesuatu melakukan proses pendalaman pemikiran terlebih dahulu. Kata-kata atau penyebutan nama adalah sebuah proses menceritakan sebuah karakter.

Akan tetapi di sisi lain yang berbeda, ada keyakinan yang menyatakan bahwa nama hanyalah sebuah julukan yang tidak menggambarkan apapun. Atau menunjukkan bahwa kata-kata tidak perlu memiliki makna, yang penting adalah pemunculan kata-kata. Apakah sebuah suara burung di malam hari memiliki makna ? Ataukah suara dengungan serangga memiliki makna ? Atau apakah sebuah rententan suara halilintar memiliki makna ? Bukanlah halilintar hanyalah sebuah suara tanpa makna ? Pertengkaran inilah yang sejak dari awal dakwah Agama Islam oleh Rasulullah di Mekkah menjadi sebuah polemik yang mendalam di masyarakat Mekkah.

Abal Hakam yang dikenal oleh masyarakat Mekkah dikenal karena kemegahan dan kepandaian ilmu nya. Akan tetapi ketika Rasulullah memulai dakwahnya, Abal Hakam menjadi salah satu penentang utama dakwah Rasulullah. Padahal dakwah Rasulullah mengajarkan hal yang sangat essensial bahkan sederhana.

"Mengapa kalian masyarakat Mekkah menyembah batu, kayu, dan benda-benda yang tidak bisa memberikan manfaat atau mendatangkan bahaya. "

Mengapa hal sederhana seperti ini saja tidak dimengerti. Ketika masyarakat mulai menemukan secercah kewasaran akal nya, datanglah Abal Hakam menentang penggunaan akal sehat oleh Rasulullah. Abal Hakam (Bapak Ilmu Pengetahuan) ini malah mendukung masyarakat menyembah batu, dan menyerahkan nasibnya pada kayu dan benda-benda tidak bernyawa.

Realitas kebodohan Abal Hakam inilah yang mendorong Rasulullah mengganti namannya menjadi Abu Jahal ( Bapak Kebodohan). Nama Abal Hakam (Bapak Ilmu Pengetahuan) yang diberikan ternyata berbeda jauh dengan karakter asli yang dimiliki. Abal Hakam yang seharusnya cerdas dan mampu mencerna pemahaman sederhana tentang eksistensi batu ternyata menunjukkan bahwa gelarnya sia-sia dan tidak mencerminkan kaarakternya. Gelar Abu Jahal akhirnya dikenal sepanjang sejarah sampai akhir jaman, dibandingkan dengan Gelar Abal Hakam yang diberikan masyarakat. Karakter bodoh dan tidak masuk akal Abal Hakam lebih dikenal bahkan setelah mendekati 1500 tahun sejak kehidupannya di Mekkah bertemu Rasulullah.

Jika Hizbullah dalam Al Qur'an adalah karakter yang diberikan oleh Allah, akan tetapi Hizbullah dalam realitas politik dan sejarah bukanlah cermin karakter. Dalam sejarah telah terbukti bahwa di masa yang akan datang, nama yang tidak mencerminkan karakter akan diubah oleh sebuah mekanisme Sunatullah, menjadi nama yang bernbasis karakter yang sebenarnya, sebagaimana yang pernah ditunjukkan oleh Rasulullah dan Abal Hakam.

Bagaimana Proses Pengenalan Qadar Diri 

Hadits Rasulullah Tentang Malam Lailatul Qadr 

1. Sesungguhnya beberapa orang sahabat Nabi SAW dalam mimpinya melihat malam lailatul qadar pada tujuh hari yang terakhir bulan ramadhan, maka Rasulullah SAW bersabda : Kebenaran mimpi kalian diperlihatkan kepadaku, malam lailatul qadar pada tujuh hari terakhir. Maka siapa saja yang mencari malam tersebut, maka carilah pada tujuh hari terakhir.
(Dari Ibnu Umar RA : HR Bukhari dan Muslim ).

2. Aku bertanya : Wahai Rasulullah bagaimana aku dapat mengetahui malam lailatul qadar ? dan apa pula yang harus aku ucapkan pada malam tersebut ? Maka Rasulullah SAW bersabda : Ucapkanlah : Ya Allah Engkau Maha Pengampun, suka mengampuni, maka ampunilah hamba. (Allahumma afuwwun tukhibbul afwa wa'fuanni)
(Sayyidah Aisyah RA : HR Riwayat Imam lima, kecuali Abu Dawud ).

3. Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa beribadah pada malam lailatul qadar, karena semata-mata iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampunilah ia dari segala dosa-dosa yang telah lalu.
(HR. Bukhari dan Muslim ).

4. Sabda Rasulullah saw,”Lailatul qodr adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak dingin, matahari pada hari itu bersinar kemerahan lemah.”
(Riwayat Ibnu Khuzaimah yang dishahihkan oleh Al Bani)

5. Sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya aku diperlihatkan lailatul qodr lalu aku dilupakan, ia ada di sepuluh malam terakhir. Malam itu cerah, tidak panas dan tidak dingin bagaikan bulan menyingkap bintang-bintang. Tidaklah keluar setannya hingga terbit fajarnya.”
(HR. Ibnu Hibban)

6. Nabi saw menemui mereka pada pagi kedua puluh, lalu beliau berkhotbah. Dalam khutbahnya beliau saw bersabda,”Sungguh aku diperlihatkan Lailatul qodr, kemudian aku dilupakan—atau lupa—maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam ganjil.”
(Dari Abu Said, Muttafaq Alaihi)

7. Rasulullah bersabda:“Carilah dengan hati-hati sekali malam Al Qadar itu di malam-malam yang ganjil dari puluhan yang  akhir dari Ramadan.”
(HR Bukhari dari Aisyah)

8. Sabda Rasulullah saw,”Carilah dia (lailatul qodr) pada sepuluh malam terakhir di malam-malam ganjil.”
(HR. Bukhori Muslim).

9. Rasulullah saw bersabda,”Carilah ia di sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang kalian lemah atau tdak mampu maka janganlah ia dikalahkan di tujuh malam terakhir.”
(Ibnu Umar bahwa HR. Muslim, Ahmad dan Ath Thayalisi)

10.Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa melakukan qiyam lailatul qodr dengan penuh keimanan dan pengharapan (maka) dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.”
(Bukhori dari Abu Hurairoh)

11. Rasulullah saw saat menjumpai lailatul qodr adalah ”Wahai Allah sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi Maaf, Engkau mencintai pemaafan karena itu berikanlah maaf kepadaku.”
(HR. Ibnu Majah)

12. Tanda kehadiran Lailat Al-Qadr adalah matahari pada pagi harinya (terlihat) putih tanpa sinar.
(Ubay bin Ka’ab HR.Muslim, Abu Daud, dan Al-Tirmidzi)

13. Tandanya adalah langit bersih, terang bagaikan bulan sedang purnama, tenang, tidak dingin dan tidak pula panas …
(HR.Imam Ahmad bin Hanbal)

14. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa yang shalat pada lailatul qadar karena iman dan karena mengharapkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat”.
(Imam Bukhari) ,

15. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari no. 1901, dari Abu Hurairah)