..
Korea Selatan Sungguh Negeri Yang Sangat Menarik.
Apalagi Saat Salju pertama turun..
Seluruh daun daun di perbukitan berubah menjadi kuning,
sebelum mereka meranggas dan gugur..
...
(Tulisan ini adalah resume menarik perjalan ke Negeri Korea Selatan Oleh Staf Khusus Kementerian Kominfo pada tahun 2000-2009 an.(Redaksi))
Dengan beberapa orang paling penting di Kementerian Komunikasi Telekomunikasi Republik, kami semua berangkat dari gerbang internasional Soekarno Hatta. Sebuah pandangan cinta yang dalam dari 'yang mengantar' melepas pesawat antar benua yang kami tumpangi Ke Bandara Incheon City. Suasana yang sangat romantis. Penerbangan yang mengasyikkan karena sedang menuju ke negeri Gingseng .. sebuah negeri yang luar biasa.
Sekretaris Duta Besar Korea Mr. Choi melihat-lihat tas ringkas yang kubawa.
"tidak di taruh di bagasi Pak ?"
" Wah jangan ini peralatan penting Mr. Choi.."
"Anda tidak takut..nanti begitu turun di Incheon langsung ditangkap polisi di sana ...Visa anda itu selesai hanya dalam beberapa jam saja..."
Saya tidak mengerti maksud dari Mr.Choi apakah sebuah ancaman, atau sebuah guraun, atau sebuah hinaan. Para pejabat Kominfo terhenyak mendengar kata-kata Mr. Choi kepada staf khusus.
Semua insiden, kalau bisa disebut insiden, ini karena ulah dari Sekretaris Jenderal salah satu Direktorat Jenderal yang tiba-tiba menghapus nama staf khusus untuk berangkat studi persiapan UU ITE ke Korea Selatan.
Politik pamong projo di Kominfo itu, sudah kukenal sejak aku berusia 11 tahun. Saat seorang administratur muda datang pertama kali di sebuah kecamatan kecil yang kering kerontang di tepi hutan Jati di Pesisir Pulau Jawa. Saat sebuah angin puting beliung merusak belasan rumah di beberapa wilayah kecamatan kecil itu.Saat sebuah strategi politik menjegal sang administratur muda itu dengan keras.
Dan pertempuran administratif di balik kekuatan kekuasaan itu dimenangkan oleh staf khusus lewat lobby tertinggi. Ketika Duta Besar Korea Selatan memaksa Visa jadi satu hari untuk menyambut kedatangan staf khusus ke Incheon City.
Akan tetapi staf khusus ini tidak dididik dalam sebuah kebiasaan pamong projo yang ketat. Pengalaman akademisi dan jurnalistik yang bebas membuat staf khusus memandang perkataan. Mr. Choi sebagai sebuah gurauan politik kelas kacang.
"Mr. Choi... saya pasti senang sekali berada di penjara negeri mu ... bukankah wanita-wanita Korea Selatan cantik-cantik, pasti menyenangkan berada di penjara di sana ....saya akan memacari gadis gadis Korea selatan Yang cantik-cantik itu ... well saya tidak keberatan di tangkap Polisi Korea dan dipenjara di sana... pasti sangat menyenangkan ...."
Mr. Choi mungkin tidak mengenal dengan baik posisi staf khusus, karena diantara semua pejabat hanya saya yang menggunakan passport hijau. Pasport rakyat jelata (hahahaha). Sementara semua pejabat yang berangkat menggunakan passport warna biru tua yang terlihat begitu sakral.
Tapi Mr. Choi tertawa.. mungkin sedikit kecut tertawanya... Karena ini waktu telah mendekati pergantian hari di Jakarta. Meski pura-pura tidak memperhatikan, akan tetapi kulihat pandangan mata para pejabat kominfo berubah menjadi santai, mendengar jawaban saya. Ketegangan telah berlalu.
Bagi saya Mr Sekreteris Duta besar memang sedang mencoba melakukan adu kemampuan administrasi dengan staf khusus. Meski ini sebuah delegasi yang sederhana hanya untuk melakukan studi kecil tentang Undang Undang ITE, akan tetapi bagi staf khusus ini juga membawa nama dan martabat negara. Mengapa studi harus berangkat ke Korea Selatan ? mengapa tidak ke Amerika serikat atau negara-negara Eropa saja ?
Ah saya lupa itu nanti pasti bagian untuk para anggota DPR yang terhormat, para pejabat eksekutif, dan pasti para petinggi perusahaan Telekomunikasi di Indonesia.
Ini studi teknis. Dan Korea selatan memang lokasi paling tepat. Karena pada saat ini Korea selatan adalah negeri dengan tingkat penetrasi Broad Band tertinggi se luruh dunia. Amerika Serikat saja kalah dengan tingkat penetrasi broad band di Korea Selatan. Semua warga negara Korea Selatan mendapatkan pasokan bandwidth broadband terbesar. Dan konon karena pasokan Broad band itulah maka ekonomi Korea Selatan melesat lepas dari krisis moneter 1998 dan menjadi negeri dengan tingkat perekonomian yang sangat bagus saat ini.
Setiap kata-kata yang keluar dari Mr. Choi kepada staf khusus, dan juga kepada beberapa pejabat serta kepada beberapa akademisi Perguruan Tinggi dari UI, ITB, UNPAD, ITS, dan yang lainnya yang ikut serta dalam rombongan aku lihat sebagai sebuah hal yang khusus. Mungkin karena terbiasa dengan pekerjaan di staf khusus yang khusus, membuat jadi semua tampak khusus. Padahal mungkin biasa-biasa saja.
Mr. Choi ini suka sekali menghina negeri ini. Itu kesan yang terlihat sejak pertama kali bertemu. Dan semua pejabat tidak mampu membalas kata-kata yang diucapkan oleh Mr. Choi. Padahal menurut ku itu hanyalah gurauan yang bisa dibalas juga dengan gurauan. Jika dia menghina negeri ini, maka gurauan yang kita lontarkan juga hinaan untuk negeri mu. Hahaha
Sesaat sebelum mendarat sebuah uluk salam yang dalam terucap dari penunggang kuda berbaju perang berwarna emas.
"Selamat datang ...selamat bertugas..."
Itu bukanlah ucapan biasa. Itu sebuah ucapan dan penghormatan militer yang luar biasa. Penyambutan di atas Bandara Incheon ini sungguh mengesankan. Ini pasti jenderal tertinggi karena bajunya yang berwarna emas itu lengkap dengan seluruh peralatan perang yang dia miliki dan sebuah kendaraan kuda yang luar biasa. Itu adalah kuda terbang yang bagus sekali.
Saya mencoba menengok ke teman teman yang lain di dalam, akan tetapi mereka tidak memperhatikan penyambutan hebat ini. Mereka memilih tidur. Wah mereka melewatkan sebuah event budaya atau event militer atau kenegaraan yang hebat ini.
Tapi yang lebih membuat saya terkejut lagi adalah, karena Jenderal emas itu menyapa dengan takzim, dia mengenal namaku.
Ini pasti seperti Mr Choi, atau semacam itu. Mungkin dia sudah mengetahui staf khusus juga ikut datang. Staf khusus teknis, sementara yang lain mungkin tidak terlalu memahami hal teknisregulasi terkait RUU ITE. Sebelum pembahasan RUU ITE, beberapa tahun sebelumnya saya sudah melakukan studi khusus tentang UU Cyber lengkap dan implementasinya di Telkom, Telkomsel, Excelcomm dan puluhan atau bahkan ratusan perusahaan IT di Seluruh Indonesia.
Riset yang didukung oleh Kadin Net (kadin Internet) ini mendahului pemahaman mendasar tentang pengaturan regulatif yang harus dipersiapkan untuk menyongsong Era Cyber yang telah ada di depan mata.
Upacara sederhana selesai, dan pesawat besar antar benua ini medarat dengan lancar di Incheon. Saya tidak membawa banyak barang, apalagi yang dibawa di Bagasi. Hanya tas tenteng dan sebuah jaket musim dingin yang tebal yang diberikan oleh Bapak Dirjen sebelum berangkat. Ini waktu memasuki musim dingin. Sebuah jaket lux hitam dari Amerika Serikat diberikan kepada saya oleh Pak Dirjen dan sebuah jaket musim dingin yang tebal. Jaket musim dingin yang tebal itulah yang mendominasi
bawaanku.
Menurutku studi seperti ini sebaiknya tidak terlalu membawa banyak barang. Nanti pulangnya baru belanja membawa oleh-oleh dan memakai tas tas besar. Tapi kalau berangkat ? yang ringan saja lah. Tapi tesis staf khusus membuat banyak pejabat bertanya keheranan saat mereka menunggu barang barang begasi mereka di ruang pengambilan barang di Bandara Incheon yang mewah ini.
" Bapak barangnya mana Pak ? " tanya salah satu Profesor Fasilkom UI kepada saya.
Saya menunjukkan semua yang saya bawa. Dan dia terkejut. Saya hanya membawa tas jinjing, tas laptop, dan tas punggung yang tidak seberapa besar. Saya memang tidak punya tas bepergian yang keren merk Polo. Atau yang berharga jutaan yang mereka punya. Tapi menurut saya tidak praktis.
Kita sedang menikmati studi, sedetik waktupun berguna. Tidak perlu mengurus terlalu banyak barang. Mungkin berbeda kalau ibu-ibu atau wanita. Mereka pasti membutuhkan banyak barang yang perlu di bawa di tas bagasi mereka.
Pak Profesor tidak tahu, betapa saya membayangkan membawa sekian banyak tas yang berat saat di Padang Arofah. Membawa naik turun tas saat mencari kerikil untuk lempar jumroh. Karena bis di Padang Arofah hanya mengantar sampai ke tempat pengambilan kerikil di Muzdalifah dan tidak membawa ke tempat pelemparan Jum roh. Naik turun itu tidak mudah, karena sekian banyak tas harus dibawa naik Bus, dibawa turun,dan dibawa naik lagi sebelum berangkat kembali ke tempat lempar Jumrah.
Jangan membawa barang terlalu banyak. Kalau membutuhkan sesuatu tinggal beli saja di negeri tujuan. Baju ada banyak di negeri tujuan. Dan pasti Korea selatan salah satu pusat mode,pasti banyak pilihan baju yang bagus.
Pemikiran semua orang Indonesia saat pergi berangkat keluar negeri pasti sama. Belanja oleh-oleh bukankah begitu ? Sama saja, saya juga begitu. Apalagi staf khusus dengan dana APBN yang dikelola per tahun sebesar hampir 60 Milyar. Apa tidak bisa mendapatkan uang 2-3 Milyar sampai 5 Milyar setahun sampai 5 Milyar dari dana 60 Milyar itu ? Atau jangan banyak banyak lah ... Ambil saja 50 juta per bulan ... selama 1 tahun sudah dapat 600 juta lebih. Pasti bodoh sekali staf khusus yang tidak bisa mendapatkan sejumlah uang dari anggaran APBN 60 Milyar per tahun itu.
Incheon sangat mewah. Mengapa Soekarno Hatta tidak bisa semewah ini. Wah ada telepon umum dengan video. Hebat. Bagaiamana bisa menggunakan video call di telepon Umum Bandara Incheon ? Wah pasti mengasyikkan. Dengan penetrasi broad band yang sangat besar, Mereka bisa menggelar teknologi hebat ini bahkan sampai ke Bandara.
(..bersambung)
Apalagi Saat Salju pertama turun..
Seluruh daun daun di perbukitan berubah menjadi kuning,
sebelum mereka meranggas dan gugur..
...
(Tulisan ini adalah resume menarik perjalan ke Negeri Korea Selatan Oleh Staf Khusus Kementerian Kominfo pada tahun 2000-2009 an.(Redaksi))

Sekretaris Duta Besar Korea Mr. Choi melihat-lihat tas ringkas yang kubawa.
"tidak di taruh di bagasi Pak ?"
" Wah jangan ini peralatan penting Mr. Choi.."
"Anda tidak takut..nanti begitu turun di Incheon langsung ditangkap polisi di sana ...Visa anda itu selesai hanya dalam beberapa jam saja..."
Saya tidak mengerti maksud dari Mr.Choi apakah sebuah ancaman, atau sebuah guraun, atau sebuah hinaan. Para pejabat Kominfo terhenyak mendengar kata-kata Mr. Choi kepada staf khusus.
Semua insiden, kalau bisa disebut insiden, ini karena ulah dari Sekretaris Jenderal salah satu Direktorat Jenderal yang tiba-tiba menghapus nama staf khusus untuk berangkat studi persiapan UU ITE ke Korea Selatan.
Politik pamong projo di Kominfo itu, sudah kukenal sejak aku berusia 11 tahun. Saat seorang administratur muda datang pertama kali di sebuah kecamatan kecil yang kering kerontang di tepi hutan Jati di Pesisir Pulau Jawa. Saat sebuah angin puting beliung merusak belasan rumah di beberapa wilayah kecamatan kecil itu.Saat sebuah strategi politik menjegal sang administratur muda itu dengan keras.
Dan pertempuran administratif di balik kekuatan kekuasaan itu dimenangkan oleh staf khusus lewat lobby tertinggi. Ketika Duta Besar Korea Selatan memaksa Visa jadi satu hari untuk menyambut kedatangan staf khusus ke Incheon City.
Akan tetapi staf khusus ini tidak dididik dalam sebuah kebiasaan pamong projo yang ketat. Pengalaman akademisi dan jurnalistik yang bebas membuat staf khusus memandang perkataan. Mr. Choi sebagai sebuah gurauan politik kelas kacang.
"Mr. Choi... saya pasti senang sekali berada di penjara negeri mu ... bukankah wanita-wanita Korea Selatan cantik-cantik, pasti menyenangkan berada di penjara di sana ....saya akan memacari gadis gadis Korea selatan Yang cantik-cantik itu ... well saya tidak keberatan di tangkap Polisi Korea dan dipenjara di sana... pasti sangat menyenangkan ...."
Mr. Choi mungkin tidak mengenal dengan baik posisi staf khusus, karena diantara semua pejabat hanya saya yang menggunakan passport hijau. Pasport rakyat jelata (hahahaha). Sementara semua pejabat yang berangkat menggunakan passport warna biru tua yang terlihat begitu sakral.
Tapi Mr. Choi tertawa.. mungkin sedikit kecut tertawanya... Karena ini waktu telah mendekati pergantian hari di Jakarta. Meski pura-pura tidak memperhatikan, akan tetapi kulihat pandangan mata para pejabat kominfo berubah menjadi santai, mendengar jawaban saya. Ketegangan telah berlalu.
Bagi saya Mr Sekreteris Duta besar memang sedang mencoba melakukan adu kemampuan administrasi dengan staf khusus. Meski ini sebuah delegasi yang sederhana hanya untuk melakukan studi kecil tentang Undang Undang ITE, akan tetapi bagi staf khusus ini juga membawa nama dan martabat negara. Mengapa studi harus berangkat ke Korea Selatan ? mengapa tidak ke Amerika serikat atau negara-negara Eropa saja ?
Ah saya lupa itu nanti pasti bagian untuk para anggota DPR yang terhormat, para pejabat eksekutif, dan pasti para petinggi perusahaan Telekomunikasi di Indonesia.
Ini studi teknis. Dan Korea selatan memang lokasi paling tepat. Karena pada saat ini Korea selatan adalah negeri dengan tingkat penetrasi Broad Band tertinggi se luruh dunia. Amerika Serikat saja kalah dengan tingkat penetrasi broad band di Korea Selatan. Semua warga negara Korea Selatan mendapatkan pasokan bandwidth broadband terbesar. Dan konon karena pasokan Broad band itulah maka ekonomi Korea Selatan melesat lepas dari krisis moneter 1998 dan menjadi negeri dengan tingkat perekonomian yang sangat bagus saat ini.
Setiap kata-kata yang keluar dari Mr. Choi kepada staf khusus, dan juga kepada beberapa pejabat serta kepada beberapa akademisi Perguruan Tinggi dari UI, ITB, UNPAD, ITS, dan yang lainnya yang ikut serta dalam rombongan aku lihat sebagai sebuah hal yang khusus. Mungkin karena terbiasa dengan pekerjaan di staf khusus yang khusus, membuat jadi semua tampak khusus. Padahal mungkin biasa-biasa saja.
Mr. Choi ini suka sekali menghina negeri ini. Itu kesan yang terlihat sejak pertama kali bertemu. Dan semua pejabat tidak mampu membalas kata-kata yang diucapkan oleh Mr. Choi. Padahal menurut ku itu hanyalah gurauan yang bisa dibalas juga dengan gurauan. Jika dia menghina negeri ini, maka gurauan yang kita lontarkan juga hinaan untuk negeri mu. Hahaha
Sesaat sebelum mendarat sebuah uluk salam yang dalam terucap dari penunggang kuda berbaju perang berwarna emas.
"Selamat datang ...selamat bertugas..."
Itu bukanlah ucapan biasa. Itu sebuah ucapan dan penghormatan militer yang luar biasa. Penyambutan di atas Bandara Incheon ini sungguh mengesankan. Ini pasti jenderal tertinggi karena bajunya yang berwarna emas itu lengkap dengan seluruh peralatan perang yang dia miliki dan sebuah kendaraan kuda yang luar biasa. Itu adalah kuda terbang yang bagus sekali.
Saya mencoba menengok ke teman teman yang lain di dalam, akan tetapi mereka tidak memperhatikan penyambutan hebat ini. Mereka memilih tidur. Wah mereka melewatkan sebuah event budaya atau event militer atau kenegaraan yang hebat ini.
Tapi yang lebih membuat saya terkejut lagi adalah, karena Jenderal emas itu menyapa dengan takzim, dia mengenal namaku.
Ini pasti seperti Mr Choi, atau semacam itu. Mungkin dia sudah mengetahui staf khusus juga ikut datang. Staf khusus teknis, sementara yang lain mungkin tidak terlalu memahami hal teknisregulasi terkait RUU ITE. Sebelum pembahasan RUU ITE, beberapa tahun sebelumnya saya sudah melakukan studi khusus tentang UU Cyber lengkap dan implementasinya di Telkom, Telkomsel, Excelcomm dan puluhan atau bahkan ratusan perusahaan IT di Seluruh Indonesia.
Riset yang didukung oleh Kadin Net (kadin Internet) ini mendahului pemahaman mendasar tentang pengaturan regulatif yang harus dipersiapkan untuk menyongsong Era Cyber yang telah ada di depan mata.
Upacara sederhana selesai, dan pesawat besar antar benua ini medarat dengan lancar di Incheon. Saya tidak membawa banyak barang, apalagi yang dibawa di Bagasi. Hanya tas tenteng dan sebuah jaket musim dingin yang tebal yang diberikan oleh Bapak Dirjen sebelum berangkat. Ini waktu memasuki musim dingin. Sebuah jaket lux hitam dari Amerika Serikat diberikan kepada saya oleh Pak Dirjen dan sebuah jaket musim dingin yang tebal. Jaket musim dingin yang tebal itulah yang mendominasi
bawaanku.
Menurutku studi seperti ini sebaiknya tidak terlalu membawa banyak barang. Nanti pulangnya baru belanja membawa oleh-oleh dan memakai tas tas besar. Tapi kalau berangkat ? yang ringan saja lah. Tapi tesis staf khusus membuat banyak pejabat bertanya keheranan saat mereka menunggu barang barang begasi mereka di ruang pengambilan barang di Bandara Incheon yang mewah ini.
" Bapak barangnya mana Pak ? " tanya salah satu Profesor Fasilkom UI kepada saya.
Saya menunjukkan semua yang saya bawa. Dan dia terkejut. Saya hanya membawa tas jinjing, tas laptop, dan tas punggung yang tidak seberapa besar. Saya memang tidak punya tas bepergian yang keren merk Polo. Atau yang berharga jutaan yang mereka punya. Tapi menurut saya tidak praktis.
Kita sedang menikmati studi, sedetik waktupun berguna. Tidak perlu mengurus terlalu banyak barang. Mungkin berbeda kalau ibu-ibu atau wanita. Mereka pasti membutuhkan banyak barang yang perlu di bawa di tas bagasi mereka.
Pak Profesor tidak tahu, betapa saya membayangkan membawa sekian banyak tas yang berat saat di Padang Arofah. Membawa naik turun tas saat mencari kerikil untuk lempar jumroh. Karena bis di Padang Arofah hanya mengantar sampai ke tempat pengambilan kerikil di Muzdalifah dan tidak membawa ke tempat pelemparan Jum roh. Naik turun itu tidak mudah, karena sekian banyak tas harus dibawa naik Bus, dibawa turun,dan dibawa naik lagi sebelum berangkat kembali ke tempat lempar Jumrah.
Jangan membawa barang terlalu banyak. Kalau membutuhkan sesuatu tinggal beli saja di negeri tujuan. Baju ada banyak di negeri tujuan. Dan pasti Korea selatan salah satu pusat mode,pasti banyak pilihan baju yang bagus.
Pemikiran semua orang Indonesia saat pergi berangkat keluar negeri pasti sama. Belanja oleh-oleh bukankah begitu ? Sama saja, saya juga begitu. Apalagi staf khusus dengan dana APBN yang dikelola per tahun sebesar hampir 60 Milyar. Apa tidak bisa mendapatkan uang 2-3 Milyar sampai 5 Milyar setahun sampai 5 Milyar dari dana 60 Milyar itu ? Atau jangan banyak banyak lah ... Ambil saja 50 juta per bulan ... selama 1 tahun sudah dapat 600 juta lebih. Pasti bodoh sekali staf khusus yang tidak bisa mendapatkan sejumlah uang dari anggaran APBN 60 Milyar per tahun itu.
Incheon sangat mewah. Mengapa Soekarno Hatta tidak bisa semewah ini. Wah ada telepon umum dengan video. Hebat. Bagaiamana bisa menggunakan video call di telepon Umum Bandara Incheon ? Wah pasti mengasyikkan. Dengan penetrasi broad band yang sangat besar, Mereka bisa menggelar teknologi hebat ini bahkan sampai ke Bandara.
(..bersambung)
Lihat Tulisan Kedua : Bersama Dr Dan Rivanto Budiayanto : Menemukan Syal Indah Di Pasar Seni Seoul
Komentar :
Pembaca 1 : Itu maksudnya Satu windu atau satu windu yang lalu ?
Komentar :
Pembaca 1 : Itu maksudnya Satu windu atau satu windu yang lalu ?
Lihat Juga :
First Pub. June, 3, 2020